untuk pulang, aktivitas lembaga, atau pun sekadar berkumpul untuk melepas
tawa kerap jadi pemandangan biasa. Namun, sejak hari itu, lanskap di FIB
mulai berubah. Selama seminggu lebih, setiap sore, para mahasiswa
mengokupasi halaman gedung itu demi menyoraki ketidakbecusan birokrasi
dalam menjamin ruang aman bagi mahasiswanya.
Ini ditengarai keputusan penjatuhan sanksi skorsing dua semester plus
semester berjalan terhadap pelaku kekerasan seksual bernama Firman Saleh,
seorang dosen yang menjabat sebagai Ketua Gugus Penjaminan Mutu dan
Peningkatan Reputasi (GPMR) FIB. Korban bernama samaran Bunga. Sebuah
nama dengan trauma di baliknya. Meskipun begitu, nama itu jugalah yang
berhasil memantik api terus menjalar dari FIB hingga ke fakultas lain. Api yang
bukan lagi sekadar api kemarahan, tetapi juga bersemayam trauma kolektif di
balik panasnya.
Gugurnya Setangkai Bunga
“Nda apa-apa ji sih kucerita. Cuman saya sendiri pusing karena hal yang
kuulang-ulang (ceritakan) begitu,” ucap Bunga sebelum menceritakan
malapetaka yang menimpa dirinya silam.
25 September merupakan waktu yang menyimpan mimpi buruk baginya.
Sebelum malapetaka itu, ia adalah seorang mahasiswa sebagaimana pada
umumnya yang hendak menuntaskan proposal skripsi agar bisa maju ke tahap
seminar proposal. Sejak semester 5, proposal Bunga dibimbing oleh Firman
Saleh.
Pemilihan ini tak lain karena pelaku kekerasan seksual itu memiliki spesialisasi
dalam bidang kebudayaan. Begitu pun dengan proposal skripsi Bunga yang
juga terfokus pada bidang yang sama. Beberapa temannya yang lain juga
setuju bahwa Firman Saleh cukup terkualifikasi untuk dimintai bimbingan,
apalagi pelaku telah beberapa kali mengajar di kelas.
“Kebetulan saya kejar sekali ini proposal selesai. Jadi, saya rajin bimbingan
karena kurasa saya bagus ini dosen, toh. Sampai itu hari, sebelum jam
kejadian.”
Bunga yang selama ini meyakini bahwa dosen itu tak memiliki gelagat aneh,
kali itu dipaksa menelan pahit. Ia hanya ingin pulang, lantaran waktu
bimbingannya sudah melewati batas waktu perkuliahan, yakni menjelang
maghrib. Selama kejadian, pelaku bahkan masih sempat mengecek keluar
ruangannya, Ruang GPMR FIB, demi memastikan tidak ada orang yang